Festival Jajanan Bango 2013

Wednesday, May 15, 2013

Sebagai penggemar kuliner, tentunya saya tidak akan melewatkan kesempatan untuk datang ke Festival Jajanan Bango (FJB) yang hadir sekali setahun. Terlebih lagi saya mendapat undangan dari Alchemy Creative Communications untuk menghadiri acara tersebut. Kali ini, mengambil tempat di Parkir Barat Senayan, Jajanan Bango menyelenggarakan festival kuliner nusantara sekaligus untuk sebagai penutup roadshow Festival Jajanan Bango 2013 yang sudah diadakan di beberapa kota seperti Bandung, Malang, Surabaya dan Semarang.

Saya datang sekitar jam 10, saat itu tampak pakar kuliner, Bondan Winarno bersama dengan Cynthia Lamusu sedang mengitari lokasi seraya sedikit menjelaskan mengenai hidangan–hidangan yang tersaji di setiap booth.  Lokasi FJB memang cukup luas dengan dua deretan panjang booth-booth kuliner di bagian kanan dan kiri. Di bagian tengahnya terdapat area makan yang dilengkapi dengan tenda sebagai pelindung dari panas dan hujan.

Dari sekian banyaknya booth kuliner di FJB 2013, terdapat sepuluh legenda kuliner Nusantara pilihan Bango yang hadir di seluruh kota pelaksanaan yaitu antara lain Tengkleng Klewer Ibu Edi (Solo), Mie Koclok Mas Edy (Cirebon), Sate Jamur Cak Oey (Yogyakarta), Tahu Tek Telor Cak Kahar (Surabaya), Lontong Balap Pak Gendut (Surabaya), Sate Klatak mas Adi (Yogyakarta), Mie Aceh (Sabang), Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih (Jakarta), Nasi Pindang Pak Ndut (Semarang) dan Oseng-Oseng Mercon Bu Narti (Yogyakarta), sedangkan sisanya dipenuhi oleh kuliner local khas daerah masing-masing.


Selain menyuguhkan aneka kuliner khas Indonesia, festival yang hanya berlangsung satu hari ini juga dihadiri oleh Chef Deden yang mendemokan lima resep legenda kuliner di dapur Bango. Selain itu terdapat juga panggung hiburan, doorprize, serta kembang api di malam hari sebagai penutup acara.

Berbekal 10 voucher dari Bango, saya berkeliling area FJB untuk mulai mencicipi kekayaan kuliner khas negara sendiri. Saat itu suasana masih terbilang agak sepi, keramaian hanya tampak pada beberapa booth di antaranya Tengkleng Klewer dan Oseng-Oseng Mercon Bu Narti.

Tengkleng Klewer Ibu Edi (Solo)

Tengkleng Klewer ini sudah dijual sejak tahun 1971. Tadinya nenek Ibu Edi ini berjualan menggendong dagangannya keliling pasar Klewer sebelum akhirnya menempati warung yang menjadi lokasinya hingga sekarang. Tengkleng sendiri merupakan makanan khas Solo yang terbuat dari jeroan dan tulang dengan daging kambing yang masih sedikit menempel serta organ lain seperti mata, pipi, lidah, telinga. Penampilannya mirip dengan gulai, hanya saja kuahnya kuning bening karena tidak menggunakan santan.
Saya memesan seporsi tengkleng klewer tanpa nasi. Harus saya akui meskipun isi tengkleng ini terdengar menyeramkan bagi saya yang tidak pernah makan jeroan kambing, namun tengkleng klewer ini benar-benar enak! Rasanya gurih segar, daging dan jeroannya empuk sekali dan bau prengus kambing hampir tidak tercium. Ditambah lagi sensasi pedasnya ketika menggigit cabe rawit yang bertebaran di sela-sela jeroan. Mantap!
 
Tengkleng Klewer Ibu Edi

Bawah gapura Pasar Klewer, Solo

(0271) 651 552
 
Lontong Balap Pak Gendut (Surabaya)
 
Ada sedikit sejarah menarik dari penamaan kuliner Lontong Balap ini. Dahulu usaha lontong ini dikelola oleh satu juragan yang memiliki banyak pedagang. Karena jualannya sama, maka para pedagang ini harus berlomba (balapan) untuk lebih cepat datang dan masak agar lontong yang dijual bisa habis lebih cepat. 


Isi lontong Balap terdiri dari lontong, tahu, tauge dan lentho (semacam perkedel yang terbuat dari kacang tolo) yang disiram kuah coklat bening yang rasanya khas. Biasanya diberikan tambahan bawang goreng dan juga sambal petis agar rasanya semakin lezat.  Rasanya gurih, aroma bawang putih dari kuahnya terasa cukup kuat.
Lontong Balap ini enak, tapi tidak sampai membuat saya terkesan. Padahal Lontong Balap Pak Gendut ini termasuk salah satu ikon kuliner khas Surabaya yang terkenal.
 
 
Lontong Balap Pak Gendut

Jl. Prof. Dr. Moestopo 11 (Depan PDAM) Surabaya

(031) 830 69667
 
Sate Klatak Mak Adi (Yogyakarta)
 
Sate klatak merupakan salah satu kuliner favorit saya jika pulang ke Jogja. Penamaan sate klatak ini berasal dari suara daging yang sedang terbakar sehingga menimbulkan bunyi “klatak klatak”. Keistimewaan sate klatak ini terletak pada bumbu yang minimalis  pada satenya (hanya garam dan sedikit bawang putih) dan tusukan satenya yang memakai jeruji besi sehingga daging matang merata hingga ke dalam. Penjual sate klatak ini banyak ditemui di daerah Imogiri, Bantul.

Seporsi sate klatak berisi nasi putih dan dua tusuk sate dengan siraman sambal kecap yang encer. Sayangnya di FJB ini satenya tidak menggunakan jeruji besi, melainkan hanya tusuk sate biasa. Satenya cukup empuk dan gurih. Bau prengus kambing juga tidak tercium. Sayangnya sate klatak sudah agak dingin ketika saya coba.
 
 
Sate Klatak Mak Adi

Jl. Imogiri Timur KM 9 Jejeran Wonokromo,

Pleret, Bantul, Yogyakarta
 
Sate Jamur Cak Oey (Yogyakarta)
 
Selama kuliah di Jogja, saya justru belum pernah mencoba Sate Jamur yang legendaris ini. Jamur dipilih karena semakin banyak penggemar kuliner yang aware dengan pentingnya kesehatan dan ketakutan mengkonsumsi daging berlebihan. Sate ini dihidangkan seperti layaknya sate ayam pada umumnya menggunakan bumbu kacang dan juga kecap manis. Sayang seporsinya hanya berisi lontong dan 5 tusuk sate. 

 
Setelah saya coba, sate jamur tiram ini juara enaknya! Teksturnya empuk dan lembut, rasanya legit dengan bumbu yang meresap hingga ke dalamnya. Selain enak, sate jamur ini juga memiliki kandungan gizi tinggi dan tidak perlu khawatir akan kolesterol. Kuliner yang satu ini wajib dicoba jika anda berkunjung ke Yogyakarta.
 
 
Sate Jamur Cak Oney

Desa Temon No. 14, Sleman Yogyakarta
 
Tahu Tek Telor Cak Kahar (Surabaya)
 
Tahu tek telor ini memang kuliner Jawa Timur yang terkenal. Depot Cak Kahar sendiri telah mulai berjualan sejak tahun 1960. Tahu tek telur ini terbuat dari tahu yang dipotong dadu dan dicampurkan dengan telur kemudian digoreng sampai menjadi dadar. Baru kemudian diberikan pelengkap berupa lontong, kentang goreng, telur orak arik dan tauge yang kemudian disiram dengan sambal petis, kecap manis dan kerupuk renyah.


Rasa tahu tek telornya gurih-gurih manis, ada juga sedikit rasa pedas yang terasa saat mulai mengunyah tahu tek telor ini. Rasanya saya jadi paham mengapa antrian di depan booth ini tidak kunjung surut, rupanya memang karena Tahu Tek Telor Cak Kahar ini simply irresistible!
 
Tahu Tek Telor Cak Kahar

Jl. Embong Malang, depan Hotel JW Mariott, Surabaya

(031) 719 48985
 
Mie Koclok Mas Edy (Cirebon)
 
Konon katanya kunjungan ke Cirebon belum lengkap kalau belum mencoba Mie Koclok Mas Edy. Ya, Mie Koclok yang telah ada sejak tahun 1945 ini memang sangat terkenal, sampai kini setelah usahanya dijalankan oleh generasi ketigapun pamornya masih tetap tinggi. Ternyata, dari nama Mie Koclok Mas Edy ini ada singkatannya yaitu “Mie Khasnya Orang Cirebon yang Lebih Okey Memang Asik dan Istimewa”.

Satu porsi Mie Koclok terdiri dari mi basah yang dikoclok, irisan tauge, kol, daun bawang, telur rebus serta suwiran ayam dan diberi kuah kental yang gurih. Kuah yang warnanya putih ini terbuat dari kaldu ayam, santan dan adonan tepung maizena. Rasanya memang  lezat, rasa kaldu ayam yg ringan berpadu pas dengan gurihnya santan. Ditambah lagi kenyalnya mi dan taburan topping yang tidak sedikit membuat sulit berhenti mengunyah sebelum habis.
 
 
Mie Koclok Mas Edy

Jl. Lawanggada, Cirebon
 
Nasi Pindang Pak Ndut (Semarang)

Nasi Pindang Pak Ndut merupakan salah satu kuliner lokal yang cukup terkenal di Semarang. Beberapa orang pasti mengira kalau nasi pindang ialah nasi berlauk ikan, namun ternyata nasi pindang disini adalah nasi putih yang diguyur mnggunakan daging sanding lamur berkuah pindang dan daun so. Dagingnya bisa ditambahkan jeroan sesuai selera pengunjung. Warna kuahnya kehitaman berkat campuran kluwak, citarasanya gurih dan sedikit manis. Hidangan ini lezat disantap jika masih hangat. Nasi pindang ini buka dari jam 7.00 – 14.00 WIB.
 
Nasi Pindang Pak Ndut

Jl. Stadion Selatan, depan BKD Semarang

(Sebelah kiri stadion Diponegoro)

(024) 356 6136

Bebek Hitam Manis Piccolino




Saya justru baru tahu ada bebek hitam manis Piccolino di bilangan Kemang. Seporsi bebek dihidangkan dengan acar dan nasi putih. Sayangnya saya kehabisan bebek panggangnya, jadi terpaksa diganti ayam. Tapi tidak ada komplain untuk ayamnya. Rasanya benar-benar lezat dengan aroma yang menggoda dan tekstur daging yang tidak kering. 

Bebek Hitam Manis Piccolino
Kemang, Jakarta

Bandeng Bakar Tanpa Duri Bu Ulfa Sidoarjo

Bandeng bakar ini saya pilih karena saya sudah mulai kekenyangan sehingga sisa voucher saya belikan bandeng untuk oleh-oleh di rumah. Bandengnya terdiri dari 3 macam yakni bandeng bakar, bandeng goreng dan bandeng asap. Rasanya enak dan durinya benar-benar tidak ada. Bandengnya didominasi oleh rasa manis dari olesan bumbu kecap.

Sayangnya karena dibawa pulang dan kemudian dihangatkan sendiri, citarasa bandengnya menjadi kurang mantap. Mungkin jika pesan bandeng bakar lain kali sebaiknya langsung dikonsumsi agar tidak mengurangi kelezatannya. Beda halnya dengan bandeng asap yang dikemas dalam plastik vacuum, dan bisa dimasak saat kita ingin.
 

SM Bandeng Hj. Maria Ulfa

(031) 8917 413/ (031) 8910 722
 
Es Dawet Srikandi

Minuman yang berisi cendol hijau, tape, gula jawa dan santan ini rasanya segar dan manisnya pas. Hanya saja saya merasa masih kurang istimewa, masih banyak yang lebih enak.
 
Es Duren Teh Iteung

Antrian pada booth yang satu ini juga cukup luar biasa, setelah beberapa saat mengantri tiba giliran kami untuk mendapatkan es duren. Agak kaget juga melihat es durennya yang berisi dua durian, susu kental manis dan es batu yang memenuhi mangkok. Meskipun agak kecewa melihat komposisi esnya yang seperti itu, namun setelah dicoba harus diakui bahwa mereka menggunakan durian yang manis dan matangnya pas hingga menebarkan aroma wangi legit khas durian. Saya suka es ini!
 
FJB 2013 ini memang event wajib dikunjungi khususnya bagi penggemar kuliner nusantara. Karena sekali datang, kita dapat sekaligus mencicipi beraneka macam makanan dari berbagai daerah yang kelezatannya tidak diragukan lagi. Terlebih lagi semua hidangan di atas dibanderol dengan harga yang terjangkau, yakni hanya 15K saja satu porsinya.
Namun, karena kapasitas perut yang terbatas, ada baiknya datang kemari bersama teman-teman atau keluarga sehingga bisa saling mencicipi makanan yang berbeda untuk menghemat antrian dan menjaga tempat duduk agar tidak sampai makan sambil berdiri. Jika memungkinkan, datang lebih pagi akan lebih baik karena saat pagi, lokasi FJB belum terlalu ramai. Jangan lupa juga gunakan pakaian dan alas kaki yang nyaman karena FJB terletak di area terbuka yang hanya beratapkan tenda dengan jumlah pengunjung yang ramai luar biasa.
 

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe