Say Hello to Bali!

Akhirnya, seminggu setelah menemani Tika cari-cari kebaya saya bisa mengunjungi Bali lagi di awal tahun ini. Sayangnya saya kena campak. =( Lumayan niat juga sih, campak yang katanya nggak boleh kena air dan angin dulu tetap tidak melunturkan niat saya untuk datang ke pernikahannya Tika. Gimanapun saya pengen banget hadir di hari pentingnya sahabat saya sejak 9 tahun yang lalu ini.

Waktu hari H, Saya datang sama Deden, saudara Deden, Ibu Deden (si Tante Gila), dan Okta.  Pas lagi hot-hotnya itu bercak-bercak merah keluar semua di badan. Karena saya cuma bawa kebaya lengan pendek, akhirnya saya pinjam selendang untuk nutupin kulit monster saya. Untung di muka dan leher masih bias sedikit tertolong bedak, jadi bercaknya agak samar. Itupun di balik bedak muka saya terpaksa masih harus pakai bedak salycil untuk mengurangi gatalnya. 

Sampai di Klungkung, kami langsung diajak Ibu Tika untuk ketemu Tika yang masih disembunyiin di kamar. Langsung deh, dengan hebohnya kami langsung foto-foto, ngobrol, godain Tika sampai ngakak-ngakak gara-gara si Tante Gila yang ngomongnya, seperti biasa, sembarangan.  Hehehee…acaranya cukup sederhana, karena hanya mengundang keluarga dan tetangga di kampung Tika, tapi suasananya tetap terasa sakral. Saya jadi bisa lihat pernikahan adat Bali itu seperti apa, ternyata tidak jauh berbeda dengan adat jawa meskipun ada beberapa keunikan tersendiri, seperti waktu Tika dan sang suami yang berkeliling membagikan air dan sirih. Yang jelas, Saya senang sekali bisa datang ke acaranya Tika bersama teman-teman dekat saya semasa SMA. Paling tidak, cukup untuk obat kangen saya karena saya tidak bisa hadir di resepsi Tika, tanggal 29 Januari yang lalu.

Congratulations, Tik. May your wedding day be the new beginning of an everlasting happiness! =’)